Taman Sari Jogja [Rute, Tiket, Tips]

Tanpa persiapan yang matang, kami memutuskan wisata ke Tamansari Jogja. Mendadak aja gitu. Padahal biasanya saya pelajari peta lokasi dulu dan baca-baca review soal tujuan wisata.

Walhasil, kami pasrah dengan panduan mbak Google. Gimana jadinya? Jeng jeeeng!!! Kami parkir di tempat yang salah 🙈

Yang benar rute merah. Kami di yang hijau.



Mbak Google mengarahkan kami untuk parkir di area belakang Tamansari. Tepatnya di dekat tempat pengolahan air limbah di sebelah pasar Ngasem.

Kayaknya gara-gara input "Tamansari", jadinya diarahkan kesitu. Harusnya input "Kampung Wisata Taman Sari".

Dari parkiran, kami harus berjalan melewati gunung dan lembah  gang kecil, pasar, dan jalan yang membingungkan karena area Tamansari ini dipenuhi oleh rumah-rumah abdi dalem. Tidak ada panah atau petunjuk sama sekali.

Setelah beberapa menit kebingungan mencari loket masuk, akhirnya ketemu juga gerbang tiketnya.

Marthajalanjalan
Gerbang masuk wisata Taman Sari.
Loket tiket ada di sebelah kanan dekat pagar.

Marthajalanjalan
Tiket Rp 5.000/orang. Buka jam 09.00-15.00wib.

Komplek Tamansari ini terdiri dari 3 area: area pemandian, area masjid bawah tanah, dan area kamar peristirahatan.

Saya minta ditemani pemandu supaya lebih bisa memahami sejarah dan fungsi dari bangunan-bangunan kuno ini. Tinggal bilang aja sama mbak yang cek tiket masuk. Nanti dicarikan guide yang available.

Pak Saleko (kiri) pemandu kami

Sungguh menyenangkan mengetahui bahwa bangunan kuno dari tahun 1700-an ini dibangun tanpa semen. Pakai tepung, gula jawa, putih telur, (rrr....ini bikin gedung apa bikin kue??), batu bata, dan pasir.

Pak Saleko menjelaskan bahwa gerbang yang kita masuki pertama (gerbang tiket) itu merupakan gerbang belakang Taman Sari, bukan gerbang bagian depan.

Tak sabar rasanya melihat seperti apa tempat mandi Raja dan selir-selirnya (Raja Pertama punya 40 selir). Kami pun sampai di tempat pemandian yang ternyata....sedang direnovasi 😖

Tempat mandi selir sedang direnovasi

"Yang itu tempat mandi putri Raja," pak Saleko menunjuk kolam di sebelah kanan.

Tempat mandi putri raja. Bangunan panjang itu adalah tempat ganti busana. Sedangkan sangkar di pojok kanan kiri adalah tempat meletakkan dupa/wewangian.

Ouuuwww... kolam yang ini jernih. Airnya dari mata air, jadi mengalir terus tanpa henti.

Kita dilarang nyemplung, tapi boleh menyentuh air kolam maupun mata air yang terpancar dari sisi-sisi kolam.

Di dekat kolam yang ini ada bangunan tempat ganti pakaian. 

Bagian dalam ruang ganti pakaian
Pose di depan tempat ganti pakaian para putri dan selir

Sedangkan di sisi satunya ada bangunan bertingkat yang merupakan tempat bagi Raja untuk melihat para selir dan putri mandi.

Bangunan tempat Raja melihat selir dan putri mandi

Tangga ke lantai atas. Masih ada 1 tangga lagi ke atas.
Foto dari lantai paling atas

"Raja akan melempar bunga kanthil ke kolam, dan selir yang berhasil menangkap bunga akan menuju ke kolam ini untuk mandi berdua dengan Raja." Pak Saleko menunjuk kolam kecil di belakang bangunan.

Kolam untuk mandi raja dan selir terpilih


"Setelah itu mereka akan tidur berdua disini," lanjutnya sambil menyentuh dipan tanpa kasur. Hanya ada tikar mendhong.

Dipan Raja.
Dibawahnya ada lobang-lobang untuk tempat wewangian/dupa.

Keluar dari area pemandian, kami disambut area lapang dan sebuah gerbang.

Gerbang putih menjulang itu adalah gerbang depan/gerbang utama

Rasanya sedikit aneh karena yang namanya "taman" biasanya ada bunga-bunga kan ya. Tapi ini kok cuma ada pohon aja. Sayangnya karena terburu waktu, saya tidak bertanya lebih lanjut ke pak Saleko.

Tips: Sediakan waktu setidaknya 1 jam agar bisa betul-betul menikmati setiap sudut Taman Sari dan penjelasan guide.

Rute selanjutnya adalah ke area sumur gumuling atau yang lebih dikenal dengan masjid bawah tanah.

Jalan menuju ke Sumur Gumuling (sebelah kanan gerbang utama)

Rute menuju sumur gumuling

Lokasinya terpisah agak jauh. Kami harus melewati rumah-rumah penduduk dulu.

Melewati rumah penduduk

Ada satu lorong di sebelah kanan.
Lorong ini menuju dermaga.


Rumah-rumah disini tidak ada yang tingkat. Begitulah peraturannya. Para abdi dalem diberi fasilitas untuk menyewa tanah disini dan membangun sendiri rumahnya.

Biaya sewanya Rp 50.000/tahun.

"Murah banget?!" kata saya heboh. Enaknyaa.. Batin saya.

Tapi saya langsung meringis ketika tau bahwa gaji para abdi dalem ini Rp 2.000/bulan. Yes. Dua ribu rupiah.

Tips: Datang pagi atau sore. Jangan siang bolong. Panaaas. Baju basah penuh keringat.

Oiya, dari mulai gerbang sampai ke tiap bangunan, pintunya tuh rendah-rendah. Saya yang pendek gak tinggi aja beberapa kali nunduk pas mau masuk.

Di foto dipan tuh yang tampak jelas, di kusennya ada tulisan WATCH OUT YOUR HEAD (ATI-ATI KEPALAMU).

"Ini memang sengaja dibikin rendah, Mbak. Ada filosofinya, yaitu agar kita tetap rendah hati, jangan sombong," jelas pak Saleko.

Noted pak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar